UNGKAPPOST, Palembang – Kepala SMA Negeri 20 Palembang, Dra. Hj. Indrita Kelana Sopuan, M.Si, terus berupaya mengatasi persoalan keterbatasan ruang belajar yang membuat sekolahnya harus menjalankan sistem double shift. Ia berharap pemerintah pusat dapat merealisasikan bantuan pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) pada tahun mendatang.
Indrita menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada orang tua siswa melalui komite sekolah yang telah berperan aktif mendukung pengembangan sarana dan prasarana pendidikan. Salah satu dukungan terbesar ialah pembelian lahan baru untuk pembangunan gedung RKB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Komite SMA Negeri 20 Palembang telah membantu sekolah dalam membeli tanah untuk pembangunan ruang kelas baru,” ujar Indrita, Senin (17/11/2025).
Lahan dengan luas sekitar 1.000 meter persegi tersebut terletak di bagian belakang sekolah dan disiapkan sebagai lokasi pembangunan RKB. Namun saat ini, kebutuhan ruang kelas masih jauh dari mencukupi.
Masih Kekurangan 9 Ruang Kelas
Indrita menjelaskan bahwa total kebutuhan sekolah mencapai 12 ruang kelas baru agar sistem double shift dapat dihapus. Dari jumlah itu, sekolah telah menerima dukungan 3 ruang kelas dari APBD Sumsel, sehingga masih diperlukan 9 ruang kelas tambahan.
“Kami sudah mengajukan proposal bantuan pembangunan ke pemerintah pusat melalui dana APBN. Kami berharap pada tahun depan kebutuhan 9 ruang kelas tersebut dapat direalisasikan sehingga sistem double shift dapat dihapus dan pembelajaran berjalan lebih optimal,” harapnya.
Pembelajaran 30 Menit per Jam Pelajaran
Keterbatasan ruang membuat SMA Negeri 20 Palembang menjalankan dua shift belajar setiap hari:
Shift pagi: 06.40–12.40 WIB
Shift siang: 13.00–17.20 WIB
Setiap jam pelajaran berlangsung hanya 30 menit, lebih singkat dari standar 45 menit. Meski begitu, Kurikulum Merdeka tetap diterapkan dan materi pembelajaran disampaikan secara lengkap.
Sekolah juga harus beroperasi dari Senin hingga Sabtu untuk mengimbangi keterbatasan waktu mengajar.
Ekstrakurikuler Belum Optimal
Saat ini sekolah memiliki 74 guru dan staf tata usaha. Namun, kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, futsal, rohis, tapak suci, paskibraka, voli, dan basket belum dapat berjalan optimal karena siswa shift siang pulang cukup sore.
“Beberapa kegiatan bahkan harus dilakukan pada hari Minggu,” ujar Indrita. (**)






